1. Gambus
Gambus merupakan alat musik petik seperti mandolin. Alat musik ini
berasal dari Timur Tengah. Pengaruh dari Timur Tengah dibawa oleh
orang-orang Melayu yang banyak bermukim di pesisir Kalimantan Timur.
Kebanyakan orang-orang Melayu ini beragama Islam.
Gambus yang digunakan dalam Tingkilan menggunakan kayu nangka sebagai
badannya. Berat gambus ini sekitar 50 gram dan memiliki panjang 70 cm.
Badan gambus bercat coklat, sedangkan dawainya dari bahan nilon. Dawai
dalam gambus bervariasi, mulai dari berdawai empat hingga duabelas.
2. Kadire
Kadire termasuk alat musik tiup yang bentuknya menyerupai keledi. Sumber
bunyi kadire tidak diperoleh dengan meniup buah labu yang dikeringkan,
melainkan tempurung kelapa. Tempurung kelapa ini berfungsi sebagai
pengatur nada. Kadire dimainkan saat upacara adat masyarakat Dayak
kenyah.
3. Sluding (Klentengan)
Alat musik ini terbuat dari kayu. Sluding atau klentangan merupakan alat
musik pukul jenis silofan yang mirip dengan gambang. Alat musik ini
terdiri dari 8 bilah kayu yang ditempatkan pada rak kayu. Pada sisi
kanan dan kiri sluding dihias dengan motif kepala burung Enggang yang
dianggap sebagai hewan sakral oleh suku bangsa Dayak Modang. Alat musik
ini dimainkan saat upacara adat.
Senin, 14 September 2015
Alat tradisional Kalimantan Barat
1. Keledik
Keledik adalah alat musik tiup tradisional yang berasal dari Kalimantan Barat. Keledik / Kedire ini merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan benang. Keledi atau organ mulut dibuat dari buah
labu yang sudah tua (berumur 5-6 bulan) kemudian dikeluarkan isinya,
direndam selama satu bulan, dan selanjutnya dikeringkan. Buah labu dan
batang-batang bambu disatukan dengan menggunakan perekat dari sarang
kelulut (sejenis lebah hutan berukuran kecil). Alat musik ini
menghasilkan nada pentatonik. keledi dimainkan untuk mengiringi nyanyian
tradisional, tarian, teater tutur (berupa syair dalam nyanyian yang
berisi nasihat dan petuah) serta saat upacara adat pada suku bangsa
Dayak.
2. Sapek
Sapek (sebutan lain: sampek, sampiq)
adalah alat musik dawai pada masyarakat Dayak di Kalimantan, baik di
wilayah negara Indonesia, Malaysia, maupun Brunei. Dari ratusan kelompok
masyarakat (etnis) dan sub-etnis Dayak, sapek paling banyak
terdapat di Dayak Kayaan dan Kenyah. Alatnya tampak seperti gitar,
dengan tubuh yang panjang dan leher yang sangat pendek--mungkin leher
alat lute terpendek di dunia.
Sangat beda dengan gitar, fret (batas nada, dalam istilah setempat disebut lasar)
yang jumlahnya belasan itu hanya 2-3 saja, bahkan kadang tidak ada sama
sekali yang terletak pada bagian leher. Hampir seluruh lasar terpasang di bagian tubuh. Keunikan lainnya, lasar-lasar itu
bisa digeser atau dipindah-pindah, karena pemasangannya tidak tertanam
permanen seperti gitar, melainkan ditempelkan dengan lem yang sangat
kental dan tak pernah kering, yang terbuat dari madu-lebah. Dengan cara
pemindahan lasar itulah laras atau "susunan-nada" (modus) sapek berganti-ganti.
Jika kita cermati struktur alatnya, sapek merupakan jenis lut-siter (lute-zither), yakni campuran antara lut (berleher, kawat terbentang melebihi tubuh) dan siter (bentangan kawat pada tubuh). Bahkan untuk sapek yang seluruh lasar-nya berada di bagian tubuh, ia adalah siter, dan leher dalam sapek seperti itu hanya berupa "sambungan" antara tubuh dan kepala (tempat di mana pengencang dawai menancap).
Hiasan di bagian kepala dan pangkal
biasanya berbentuk binatang mitologis, yang dianggap punya kekuatan
untuk menaklukan unsur apa pun yang akan mengganggu. Jenis binatang yang
paling banyak diukirkan adalah burung engang dan anjing. Hiasan-hiasan
yang berbentuk meliuk konon adalah binatang sejenis lintah, yang licin,
yang pandai menelusup ke sana-sini seperti bunyi musik yang juga lihai
menelusup hati, mencari dan membuat jalan pengembaraan batin.
Sapek biasa dimainkan sebagai instrumen menyendiri (melulu musik) atau juga untuk iringan tari. Sapek adalah
salah satu musik Dayak yang spesial. Walaupun banyak orang yang bisa
main, namun para pemain yang khusus memiliki teknik yang spesial pula,
memiliki cara tersendiri baik untuk jari-jari tangan kiri (yang
berpindah-pindah memainkan nada) maupun tangan kanannya yang memetik.
(Endo Suanda, disarikan dari wawancara dengan Dominikus Ayub, pemain sapek di Pontianak, Kalimantan Barat).
3. Kangkuang
Kangkuang
adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul dan
terbuat dari kayu yang diukir sedemikian rupa. Dibuat oleh masyarakat
suku Dayak Banuaka di daerah Kapuas Hulu.
Alat musik tradisional Sumatera Utara
1. Gordang
Lain Pangora lain pula Gordang.. di Pulau Jawa kita mengenal alat musik gendang/kendang yang dimainkan dalam kesenian gamelan dsb, nah di Sumatera Utara kita bisa mengenal alat musik yang mirip dengan kendang. Namanya adalah alat musik Gordang.
Gordang (single headed drum) adalah salah satu alat musik Batak Toba, yaitu satu buah gendang yang lebih besar dari taganing yang berperan sebagai pembawa ritem konstan mau pun ritem variable.
Alat musik dari Sumatra Utara yang dikenal dengan nama Gordang ini dibuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipukul.
Doli-doli adalah alat musik dari Sumatera Utara yang terbuat dari 4 bilah kayu yang
dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik tradisional Sumatera Utara
jenis ini banyak dijumpai di daerah Nias.
3. Druni Dana
Druni dana juga berasal dari pulau Nias. Kalau Doli-doli terbuat dari kayu, Druni Dana ini terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sampai hampir menyerupai garpu tala.
Lain Pangora lain pula Gordang.. di Pulau Jawa kita mengenal alat musik gendang/kendang yang dimainkan dalam kesenian gamelan dsb, nah di Sumatera Utara kita bisa mengenal alat musik yang mirip dengan kendang. Namanya adalah alat musik Gordang.
Gordang (single headed drum) adalah salah satu alat musik Batak Toba, yaitu satu buah gendang yang lebih besar dari taganing yang berperan sebagai pembawa ritem konstan mau pun ritem variable.
Alat musik dari Sumatra Utara yang dikenal dengan nama Gordang ini dibuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipukul.
2. Doli-Doli
3. Druni Dana
Druni dana juga berasal dari pulau Nias. Kalau Doli-doli terbuat dari kayu, Druni Dana ini terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sampai hampir menyerupai garpu tala.
Alat musik tradisional Sumatera Barat
1. Saluang
Saluang adalah alat musik tradisional dari Sumatera Barat yang terbuat dari Bambu Talang.Saluang memiliki diameter sekitar 3-4 cm, panjangnya 40 - 60 cm dan hanya memiliki 4 lubang. Alat musik tradisional Saluang ini dimainkan dengan cara ditiup.
Keunikan dari saluang ini adalah bahwa peniup saluang akan dapat memainkan Saluang tanpa henti dari awal sampai akhir lagu. Hal ini dimungkinkan karena peniup saluang memiliki teknik Mampasalisiahan Hangok (Menyisihkan napas) yaitu teknik pernapasan dalam meniup saluang.
Di Ranah Minang, saluang biasanya tidak hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari seruas buluh ini, menjadi pengiring dendang pantun. Pantun yang dilantunkan, biasanya berisi sindiran, ratapan, nasehat, ataupun gurauan. Biasanya Kalau Saluang di tiup Tanpa di iringi nyanyian di tujukan untuk Pengobatan dan kebathinan. Dalam Video diatas diperlihatkan antara Pedendang dan Tukang Saluang dengan Pendengar/ Penonton tidak ada batas pemisah melainkan kebersamaan dalam menikmati alunan Saluang dan olah suara. Ini melambangkan kebersamaan demokrasi di Ranah Alam Minangkabau dalam filsafat " Duduak Surang basampik sampik, duduak basamo balapang lapang".
Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
2. Pupuik batang padi
Saluang adalah alat musik tradisional dari Sumatera Barat yang terbuat dari Bambu Talang.Saluang memiliki diameter sekitar 3-4 cm, panjangnya 40 - 60 cm dan hanya memiliki 4 lubang. Alat musik tradisional Saluang ini dimainkan dengan cara ditiup.
Keunikan dari saluang ini adalah bahwa peniup saluang akan dapat memainkan Saluang tanpa henti dari awal sampai akhir lagu. Hal ini dimungkinkan karena peniup saluang memiliki teknik Mampasalisiahan Hangok (Menyisihkan napas) yaitu teknik pernapasan dalam meniup saluang.
Di Ranah Minang, saluang biasanya tidak hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari seruas buluh ini, menjadi pengiring dendang pantun. Pantun yang dilantunkan, biasanya berisi sindiran, ratapan, nasehat, ataupun gurauan. Biasanya Kalau Saluang di tiup Tanpa di iringi nyanyian di tujukan untuk Pengobatan dan kebathinan. Dalam Video diatas diperlihatkan antara Pedendang dan Tukang Saluang dengan Pendengar/ Penonton tidak ada batas pemisah melainkan kebersamaan dalam menikmati alunan Saluang dan olah suara. Ini melambangkan kebersamaan demokrasi di Ranah Alam Minangkabau dalam filsafat " Duduak Surang basampik sampik, duduak basamo balapang lapang".
Pemain saluang legendaris bernama Idris Sutan Sati dengan penyanyinya Syamsimar.
2. Pupuik batang padi
Pupuik batang padi merupakan alat musik tradisional yang
berkembang di daerah Agam Sumatera Barat. Alat musik tradisional Pupuik
batang padi ini memang terbuat dari ruas batang padi yang sudah tua dan
berbuku. Proses pembuatan pupuik (puput) batang padi terhitung
sederhana. Batang
padi yang sudah tua dipecah secara hati-hati di dekat pangkal bukunya.
Pecahan batang itu akan membentuk semacam pita suara yang menjadi sumber
bunyi. Jika ditiup, pita suara itu akan mengeluarkan bunyi yang
melengking.
Walaupun pupuik batang padi ini hanya terbuat dari batang padi, akan
tetapi alat ini menjadi bagian dari hiburan rakyat yang menyemarakkan
kehidupan masyarakat Sumatera Barat. Alat musik tradisional Sumatera
Barat ini kemudian dapat disambung dengan lilitan daun kelapa sehingga
suara yang dihasilkan semakin melengking dan dapat didengar hingga jarak
2 kilometer.
3. Serunai
Serunai adalah alat musik tradisional yang terbuat dari batang padi, kayu atau bambu, tanduk
kerbau atau daun kelapa yang dimainkan dengan cara ditiup. Serunai
berasal dari kata Shenai yang merupakan alat musik yang berasal dari Lembah Kasmir di datara India Utara. Dan se
Alat musik Serunai banyak ditemukan secara merata di Provinsi Sumatera Barat, terutama di bagian dataran tinggi seperti di daerah Agam, Tanah Datar dan Lima Puluh Kota, dan juga di sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat.
Serunai memiliki panjang sekitar 20 cm,memiliki 4 lubang berjarak 2,5 cm. Fungsi dari lubang tersebut adalah untuk mengatur irama. Sementara, nada alat musik ini sama dengan alat musik modern lainnya, yaitu nada pentatonis atau do-re-mi-fa-sol. Nada ini memang lazim pada alat musik tradisional Minang.
Alat musik Serunai banyak ditemukan secara merata di Provinsi Sumatera Barat, terutama di bagian dataran tinggi seperti di daerah Agam, Tanah Datar dan Lima Puluh Kota, dan juga di sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat.
Serunai memiliki panjang sekitar 20 cm,memiliki 4 lubang berjarak 2,5 cm. Fungsi dari lubang tersebut adalah untuk mengatur irama. Sementara, nada alat musik ini sama dengan alat musik modern lainnya, yaitu nada pentatonis atau do-re-mi-fa-sol. Nada ini memang lazim pada alat musik tradisional Minang.
Langganan:
Postingan (Atom)