1. Keledik
Keledik adalah alat musik tiup tradisional yang berasal dari Kalimantan Barat. Keledik / Kedire ini merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan benang. Keledi atau organ mulut dibuat dari buah
labu yang sudah tua (berumur 5-6 bulan) kemudian dikeluarkan isinya,
direndam selama satu bulan, dan selanjutnya dikeringkan. Buah labu dan
batang-batang bambu disatukan dengan menggunakan perekat dari sarang
kelulut (sejenis lebah hutan berukuran kecil). Alat musik ini
menghasilkan nada pentatonik. keledi dimainkan untuk mengiringi nyanyian
tradisional, tarian, teater tutur (berupa syair dalam nyanyian yang
berisi nasihat dan petuah) serta saat upacara adat pada suku bangsa
Dayak.
2. Sapek
Sapek (sebutan lain: sampek, sampiq)
adalah alat musik dawai pada masyarakat Dayak di Kalimantan, baik di
wilayah negara Indonesia, Malaysia, maupun Brunei. Dari ratusan kelompok
masyarakat (etnis) dan sub-etnis Dayak, sapek paling banyak
terdapat di Dayak Kayaan dan Kenyah. Alatnya tampak seperti gitar,
dengan tubuh yang panjang dan leher yang sangat pendek--mungkin leher
alat lute terpendek di dunia.
Sangat beda dengan gitar, fret (batas nada, dalam istilah setempat disebut lasar)
yang jumlahnya belasan itu hanya 2-3 saja, bahkan kadang tidak ada sama
sekali yang terletak pada bagian leher. Hampir seluruh lasar terpasang di bagian tubuh. Keunikan lainnya, lasar-lasar itu
bisa digeser atau dipindah-pindah, karena pemasangannya tidak tertanam
permanen seperti gitar, melainkan ditempelkan dengan lem yang sangat
kental dan tak pernah kering, yang terbuat dari madu-lebah. Dengan cara
pemindahan lasar itulah laras atau "susunan-nada" (modus) sapek berganti-ganti.
Jika kita cermati struktur alatnya, sapek merupakan jenis lut-siter (lute-zither), yakni campuran antara lut (berleher, kawat terbentang melebihi tubuh) dan siter (bentangan kawat pada tubuh). Bahkan untuk sapek yang seluruh lasar-nya berada di bagian tubuh, ia adalah siter, dan leher dalam sapek seperti itu hanya berupa "sambungan" antara tubuh dan kepala (tempat di mana pengencang dawai menancap).
Hiasan di bagian kepala dan pangkal
biasanya berbentuk binatang mitologis, yang dianggap punya kekuatan
untuk menaklukan unsur apa pun yang akan mengganggu. Jenis binatang yang
paling banyak diukirkan adalah burung engang dan anjing. Hiasan-hiasan
yang berbentuk meliuk konon adalah binatang sejenis lintah, yang licin,
yang pandai menelusup ke sana-sini seperti bunyi musik yang juga lihai
menelusup hati, mencari dan membuat jalan pengembaraan batin.
Sapek biasa dimainkan sebagai instrumen menyendiri (melulu musik) atau juga untuk iringan tari. Sapek adalah
salah satu musik Dayak yang spesial. Walaupun banyak orang yang bisa
main, namun para pemain yang khusus memiliki teknik yang spesial pula,
memiliki cara tersendiri baik untuk jari-jari tangan kiri (yang
berpindah-pindah memainkan nada) maupun tangan kanannya yang memetik.
(Endo Suanda, disarikan dari wawancara dengan Dominikus Ayub, pemain sapek di Pontianak, Kalimantan Barat).
3. Kangkuang
Kangkuang
adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul dan
terbuat dari kayu yang diukir sedemikian rupa. Dibuat oleh masyarakat
suku Dayak Banuaka di daerah Kapuas Hulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar